Thursday, 2 October 2014

Packet Tracert 6.1.1 for Linux and Windows

Sejak Juli 2014, Packet Tracert network merilis Packet Tracert versi 6.1.1. Fitur tambahan bisa dibaca disini. Buat download, sudah saya jadikan 2 versi, untuk yang cekak bandwith bisa ambil  yang sudah saya pecah2 per 100MB, dan buat yang bandwith lebar bisa langsung download full file dengan size 800an mega. Langsung aja buat download bisa dari link di bawah ini.

Full File

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8




Wednesday, 2 July 2014

[Copas] Mengapa Anak TK Tak Boleh Diajari Calistung?

Pertanyaan bpk ANH:
Apa dengan tidak mengajarkan ke anak (Calistung) di usia emas nya itu berarti memanjakankan anak yang memiliki kemampuan akademisnya…..
Kita khan bisa menyelipkan huruf2 ato angka2 dalam proses bermain anak. Kalau mereka mampu kenapa tidak diteruskan (kemampuan otak anak juga berbeda-beda ada yang mudah nangkap dan ingatannya tajam dan ada juga yang tidak khan Bu…..)
Jawaban:
Jd begini Pak, kami menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia itu tdk memahami perkembangan otak anak, hal itu mengakibatkan para ortu salah mengasuh dan para guru salah mendidik. Dan apa akibatnya dr salah2 itu?
Kita bisa lihat orang tua yg seharusnya sdh dewasa bertingkah spt anak2. Banyak. Contoh gampangnya anggota DPR kita yth. Tingkahnya persis anak TK. Kerja nggak bener tp minta imbalan lebih, nggak dikasih ma rakyat tp malah ngelunjak.
Contoh ke-2, kita lebih banyak mencetak insan2 bermental pegawai bukan visioner, bukan pakar/ahli dibidang masing2, bukan orang2 yg bermental pengusaha pembuka lowongan kerja. Rakyat Indonesia tdk suka mengambil resiko kegagalan, pilih jd pegawai krn tenang mendapat gaji bulanan tp ketika di PHK kelabakan nggak punya keterampilan.
Contoh ke-3, kita terbiasa mengapresiasi rangking teratas (5/10 besar), nilai sempurna (80-100) kita jarang mengapresiasi kerja keras mereka dalam belajar. Padahal ada anak yg sudah belajar mati2an tapi mereka tetep gak dpt nilai bagus gak dapet rangking krn kemampuan mereka tdk sama dan bakat mereka pun beda2. Akibatnya? ketika UN sekolah melakukan kecurangan diamini oleh ortu (sdh terjadi bukan?) Kalau anak2 kita terbiasa dihargai kerja kerasnya bukan angka atau nilainya semata, mereka pasti menolak disuruh curang, karena mereka PD dengan hasil usaha belajarnya sendiri, tapi nyatanya…buanyakkk anak2 itu yg melaksanakan perintah memalukan itu. Dan kita sekarang pun memiliki pahlawan cilik kejujuran segala.
Para ahli otak di dunia termasuk di Indonesia semacam Indonesian Neuroscience Society sdh lama melakukan penelitian bahwa: otak anak2 itu belum berkembang sempurna(matang) hingga dia berusia 20-25th! stlh sempurna baru mereka dianggap yg namanya “Dewasa”. Bayangkan!
Otak kita dibagi 3: batang otak (diatas leher), limbik (kepala bg belakang), dan pre frontal cortex/PFC (kepala bag depan/di jidat). Perkembangan ketiganya itu pun sesuai dng urutan diatas. Jd PFC itulah yg terakhir berkembang dng sempurna dan yg menandakan seseorang mjd dewasa.
Kita pasti sdh familiar dengan kisah Rosulallah yg ketika mengimami sholat beliau sujudnya lamaaaa sekali. Lalu para sahabat bertanya: “kenapa lama? apakah Rosulallah sedang menerima wahyu dr Allah SWT?” Rosul menjawab:”tidak, cucuku tadi menaiki punggungku”. Jd beliau menunggu sampai cucunya turun dr punggungnya. Beliau tdk memberi isyarat pd cucunya unt turun. Tak spt kita, kalau kita paling dicubit itu anak hahaha.. benar bukan?
Apa yg kita petik dr kisah diatas? Rosul lebih mementingkan/mendahulukan cucunya yg sedang bermain2 ketimbang ibadahnya! Subhanallah…!
Dan apa hubungan kisah diatas dengan perkembangan otak?
Sambungan otak anak2 itu belum sempurna, otak mereka baru siap menerima hal2 kognitif pada usia 7-8 th. Sebelum usia itu, dunia mereka yg pantas adalah hanya bermain, bermain dan bermain. Dan mereka PUN tidak boleh DIMARAHI. Allahuakbar! Sebelum ada ahli otak yg meneliti, Rosulallah sudah menerapkan hal itu pada cucunya!
Lalu apa akibatnya kalau masa2 usia bermain mereka direnggut untuk belajar hal2 yg kognitif? –> Dewasanya kelak mereka bertingkah spt anak kecil: suka mengurung burung demi kesenangannya sendiri, sakit2an karena ingin diperhatikan orang2 sekitarnya, spt anggota DPR yg saya tuliskan di atas, korupsi demi kepentingan diri sendiri/keluarga/golongan dan tdk merasa bersalah malah ngeles terus di pengadilan, dannn sikap kekanak2an lainnya
Kalau kita ingin membuktikannya, ada ciri2 yang mudah kita lihat bahwa perkembangan otak anak2 belum siap untuk menerima hal2 kognitif :
(1) ketika kita membacakannya sebuah cerita/dongeng mereka akan meminta kita mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Kita yg tua sampai bosen tp dia tak pernah bosen mendengar cerita kesukaannya itu diulang2 berkali-kali berhari-hari.
(2) mereka yg antusias belajar membaca lalu bisa, tapi mereka tidak paham dengan apa yg mereka baca.
Silahkan dipraktikkan.
Kalau mereka hari ini minta dibacakan cerita A besok minta cerita B besoknya lagi C esok lagi D dan kalau mereka sdh paham dengan apa yg dibacakan, artinya otak mereka sdh siap menerima hal2 yg kognitif.
Lalu apa yg seharusnya kita ajarkan pada mereka (0-7/8th)?
1. JANGAN DIMARAHI
2. TIDAK DIAJARKAN MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG.
3. Bermain role play; memahami bahasa tubuh, suara dan wajah; berbagi hal yg memberikan pengalaman emosional, field trip, mendengarkan musik, mendengarkan dongeng,
4. Bahkan, anak usia 0-12th pengasuhan dan pendidikannya ditujukan untuk membangun emosi yg tepat, empati, (mood & feeling)

Jadi, aturan pemerintah tentang usia masuk SD harus minimal 7th itu bukan tanpa alasan.
Tentu boleh2 saja menyelipkan angka dan huruf, tapi tidak belajar membaca dan menulis dan menghitung.
Mudah nangkep & ingatannya tajam atau tidak bukanlah ukurannya.
Bagaimana dengan tidak mengajarkan anak calistung diusia emas diartikan kita memanjakan anak? wong dia belum bisa mikir itu sudah waktunya dipelajari atau belum :) Usia emas itu jualannya susu Formula Pak.. :) Usia emas semestinya kita artikan sebagai masa2 tumbuh kembang anak yg paling pas untuk kita tanamkan budi pekerti dan akhlak yg mulia.
Slogan TK: bermain sambil belajar, belajar seraya bemain JANGAN diartikan dng BELAJAR calistung.
Para peneliti otak diseluruh dunia sepakat bahwa PFC seorang anak belum siap untuk dijejalkan hal2 yg kognitif. Apa akibat dr pemaksaan terhadap hal2 kognitif?
- membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yg tepat.
- kendali emosi (intra personalnya terganggu)
- sulit menunjukkan empati.
Sudah banyak ortu yg mengeluhkan: anak2nya ketika masih usia dini sangat antuasias belajar CALISTUNG lalu ortunya merespon dengan memberikan porsi lebih banyak entah mengajari sendiri secara intensif atau memasukkannya ke les2 calistung daaannnn ujung2nya datang pada satu masa anak2 itu bosan lalu akhirnya mogok belajar mogok sekolah. mereka menjadi malas. Itu terjadi karena otaknya yg terforsir sudah kelelahan. Bahkan ada yg saat mau ujian malahan blank, nggak bisa mikir sama sekali.
Tenang, Pak… kita hanya perlu waktu 3 bulan untuk melatih seorang anak bisa metematika, namun diperlukan waktu lebih dari 15 tahun untuk bisa membuat seorang anak mampu berempati, peduli teman dan lingkungan serta memiliki karakter yang mulia untuk bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik. Ini sudah terbukti.
Jadi sudah sangat jelas alasan saya tidak setuju dengan diadakannya lomba calistung untuk anak TK dan sederajat di Madrasah kita. ahh belum lagi efek kejiwaan yg dihasilkan pd anak2 itu karena mengikuti lomba2 terlalu dini apalagi calistung. Sudah terlalu panjang, kapan2 Insyallah saya tulis jg disini.
Wassalam.

*Pengetahuan yg saya tulis diatas saya dapatkan (sarikan) dari hasil mengikuti seminar2 parenting ibu Elly Risman, Psi dan talkshow2 serta tulisan2 Ayah Edy.
*Ini saya lampirkan Surat Edaran Dirjen Mandikdasmen tentang larangan Calistung pada PAUD dan larangan ujian/tes untuk masuk SD. Silahkan di download. Bisa ditunjukkan pada sekolah yg memberlakukan syarat tes calistung untuk masuk SD dan sederajat.

Friday, 13 June 2014

Install Zimbra Desktop di Ubuntu 14.04 (Trusty Tahr) 64bit Error XPCOM

Di website zimbra disebutkan bahwa source tsb adalah untuk 32bit. Nah, gimana kalo mau dipake di 64 bit?
Asumsi:
1. Anda sudah memiliki source code untuk zimbra, atau bisa di download di sini.
2. Sudah terkoneksikan dengan internet dan sudah pointing ke mirror kesayangan anda.
3. Kalopun sudah selesai install, anda mendapatkan error "Couldn't load XPCOM"

Solving:
1. Tambahkan baris ini pada sources.list anda

deb http://kartolo.sby.datautama.net.id/ubuntu/ raring main restricted universe multiverse

silahkan edit baris di atas sesuai dengan url mirror kesayangan anda.

2. apt-get update
3. apt-get install ia32-libs

Silahkan coba lagi buka zdekstop anda (jika sudah selesai install dan error) atau silahkan lanjutkan install zdesktop anda (jika baru akan install).

Anda dapat menginstall Zimbra Dekstop tsb dengan "./install.pl" di dalam folder yang sudah anda extract.

-EOF-

Thursday, 12 June 2014

Menajalankan program otomatis saat startup di Ubuntu

Halo semua, udah lama banget nih kagak nulis. Tulisan kali ini sebenarnya cukup sederhana, tapi ditulis biar ga lupa aja. Biar kalo kita kasih perintah custom bisa langsung jalan saat boot di ubuntu. Udah langsung aja ane ga bisa bertele-tele.

#touch /etc/init.d/testing
#nano testing
isikan perintah yang mau dijalankan dan jangan lupa di save
#chmod +x /etc/init.d/testing
#update-rc.d testing defaults

Jika sudah, perintah di dalam file testing akan dijalankan setiap startup.

HAPPY LINUX!!!

Tuesday, 27 May 2014

Einstein dan Sopirnya

Mengapa sampai kini Albert Einstein dianggap sebagai orang yang paling jenius di dunia? Bukankah banyak orang yang memiliki IQ lebih tinggi dari Einstein? Akan saya ceritakan suatu kisah (sebut saja behind the history) yang mungkin bisa menjawabnya.

Pada saat Albert Einstein baru menemukan teori relativitas, beliau bekeliling dari satu universitas ke universitas lainnya untuk mempresentasikan rumus relativitas E=mc2 yang ditemukannya. Setiap kali pergi presentasi, beliau selalu didampingi oleh seorang supir yang hanya lulusan setingkat sekolah dasar.

Setiap kali Einstein melakukan presentasi, sang supir ini selalu memperhatikannya walau pun tidak mengerti materi apa yang dipresentasikan. Maka setelah puluhan kali melihat presentasi, sang supir menjadi hafal dengan semua materi yang dipresentasikan walau pun dia tidak mengerti artinya.

Pada suatu saat, Einstein merasa lelah sekali setelah melakukan beberapa kali presentasi sekaligus. Di tengah perjalanan menuju universitas yang terakhir, tubuh ringkihnya tidak sanggup menahan keletihan.

Einstein merasakan bahwa dia dapat saja sewaktu-waktu pingsan kelelahan ditengah-tengah acara presentasi terakhir nanti. Dia mengeluhkan hal ini kepada supirnya. Sang supir yang memahami keadaan majikannya menawarkan suatu bantuan.

Katanya, “Bukankah orang-orang di sana belum mengenal wajah Pak Einstein?” (karena saat itu Einstein belum terkenal seperti sekarang)

“Saya telah hafal semua materi yang Bapak sering presentasikan. Walau pun saya sama sekali tidak mengerti artinya.”

“Kalau saya mengaku sebagai Pak Einstein, tidak akan ada orang lain di sana yang mengetahuinya”, kata si supir.

“Pak Einstein, bagaimana kalau saya membantu menggantikan Bapak untuk presentasi di universitas terakhir ini?”, kata si supir.

“Memangnya kau yakin bisa?”, tanya Einstein.

“Saya yakin Pak! Dan hal ini akan lebih baik dari pada kemungkinan Bapak gagal presentasi karena pingsan”, jawab sang supir.

“Bagus juga usul mu itu. Saya setuju!”, jawab Einstein setelah berpikir sebentar.

Universitas yang terakhir yang akan dikunjungi adalah Syracuse University di New York. Universitas yang terkenal memiliki banyak pakar jenius matematika.

Akhirnya, sesaat sebelum sampai di universitas tersebut mereka bertukar posisi. Einstein menyamar menjadi supir dan sang supir menyamar menjadi Einstein.

Sesampainya di universitas, sang supir yang dikira Einstein disambut dengan tepuk tangan meriah dan duduk di kursi VIP. Sementara Einstein asli yang dikira supir duduk di bagian belakang penonton sambil beristirahat.

Tiba saatnya presentasi, sang supir naik ke panggung dengan percaya diri dan mulai mempresentasikan teori relativitas. Einstein beristirahat sambil mengamati dengan tegang dari kursi belakang. “Benarkah supir saya telah hafal dengan semua rumus yang biasa saya presentasikan?”, tanyanya dalam hati.

Sang supir menulis di papan tulis persis seperti Einstein menulis dan berbicara dengan gaya mirip Einstein. Rupanya sang supir telah hafal dengan materi yang biasa Einstein presentasikan di universitas-universitas sebelumnya. Hal ini karena sudah puluhan kali sang supir mengamatinya walau pun tidak mengerti artinya. Einstein pun mengangguk-angguk dan merasa kagum pada sang supir.

Selesai presentasi, tepuk tangan membahana dari para penonton. Dan sang supir pun turun dari panggung dengan hati merasa lega.

Sesaat kemudian moderator berkata, “Maaf, Pak Einstein. Silahkan naik lagi ke atas panggung.”

“Ada yang mau bertanya?”, teriaknya kepada para penonton.

Sang supir terkejut, karena biasanya setelah Einstein selesai melakukan presentasi langsung turun dari panggung disertai ditepuk-tangan dan acara presentasi pun selesai. Sambil merasa was-was dia berdoa dalam hati, “Mudah-mudahan tidak ada penonton yang bertanya karena sudah jelas dengan apa yang dipresentasikan”.

Tiba-tiba seorang pria berdiri dan berkata, “Saya tidak mau bertanya.”

“Saya selamat….”, kata supir dalam hati.

“Saya hanya ingin menyanggah! Rumus matematika yang dipresentasikan tadi salah!”, seru pria tersebut.

“Celaka…!”, kata supir dalam hati.

“Saya mana mengerti tentang rumus matematika?”, jeritnya dalam hati.

“Silahkan dijelaskan, Pak Einstein”, kata moderator.

Dalam keadaan terjepit sang supir berpikir mencari satu jalan keluar. Akhirnya dia berbicara kembali.

“Siapakah Bapak?”, tanya sang supir.

“Saya Profesor George, Pakar Matematika di universitas ini”, jawabnya.

“Celaka tiga belas!”, jerit sang supir dalam hati.

Tadinya dia berpikir, jika yang bertanya adalah mahasiswa maka sang supir akan menjawab, “Silahkan bertanya saja pada dosen matematika anda”.

Dan jika yang bertanya ternyata adalah dosen, maka dia akan menjawab “Silahkan bertanya saja pada Profesor Matematika anda”.

Tapi ternyata yang bertanya adalah Profesornya. Akan bertanya kepada siapa?

Keadaan sang supir makin terjepit. Tetapi sang supir tidak kekurangan akal. Dia selalu mencari satu jalan keluar.

“Pak George adalah Profesor Matematika di universitas yang terkenal dengan para pakar matematikanya ini..?!”, serunya dengan mimik wajah terheran-heran.

“Hemmm….”

“Sunggung memalukan!”

“Masak… rumus matematika sederhana seperti ini saja tidak paham?”

“Lha..! Supir saya saja paham kok!”

“Maju, Pir! Terangin nih pada profesor…”, katanya sambil melambaikan tangan kepada Einstein yang sedang duduk istirahat di kursi belakang.

Majulah Einstein yang dikira supir menuju ke panggung dan menerangkan rumus tersebut dengan sejelas-jelasnya.

Semakin terkagumg-kagumlah para penonton terhadap Einstein. Ternyata, supirnya saja bisa diajari oleh Einstein menjadi lebih pintar dari pada profesor. Apalagi sang Einsteinnya?

Itulah sebabnya mengapa Einstein sampai saat ini dianggap orang yang paling jenius di dunia.



=========
source